Okezone.com - Sebanyak 31 orang dikabarkan tewas dalam pertempuran yang terjadi antara militer Sudan selatan dengan kelompok milisi pemberontak. Pertempuran ini berlangsung menjelang kemerdekaan Sudan Selatan bulan Juli mendatang.
Atas pertempuran yang terjadi ini, para pemimpin di Sudan Selatan menuduh pihak utara telah mempersenjatai pihak pemberontak. Namun tuduhan ini ditepis oleh pihak Sudan Utara.
Dilaporkan 20 korban tewas berasal dari pihak prajurit Sudan Selatan kehilangan nyawanya di wilayah kaya minyak tersebut. Para prajurit ini terlibat baku tembak dengan para pasukan yang loyal kepada Peter gadet, mantan anggota militer senior Sudan Selatan (SPLA) yang membelot dari pemerintah bulan ini.
"Mereka (pemberontak) menyerang sebuah desa di wilayah Mayom. Mereka membakar desa itu sebelum SPLA mengejar mereka," ungkap juru bicara pasukan Sudan Selatan Philip Aguer seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (21/4/2011).
Aguer menambahkan dua supir juga terbunuh saat dua truk sipil menginjak ranjau darat di wilayah Mayom. Menurut Aguer, besar kemungkinan bahwa pemberontak melakukan aksi penyerangan bersama dengan suku Misseriya dari wilayah Sudan Utara.
Para pemimpin Sudan Selatan terus menuduh pihak Sudan Utara telah mempersenjatai pihak pemberontak dengan maksud menciptakan kekacauan dan kembali mengendalikan kekayaan minyaknya.
Minyak memang menjadi gantungan hidup bagi kedua negara yang dahulu terlibat perang saudara ini. Kini wilayah keduanya dibagi sama rata dan mulai Juli mendatang, Sudan Selatan akan bergantung pada jalur pipa minyak dari pihak utara.
Kamis, 21 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar