Okezone.com - Kemauan jihad yang ada di benak para teroris tidak mesti terbangun dari proses cuci otak. Seseorang yang merasa diperlakukan tidak adil, bahkan bisa menjelma menjadi teroris yang sangat berbahaya. “Sebenarnya pemahaman jihad ini suatu konsep riil yang diulang-ulang (repetitif), atau bisa disebut juga forcing implant memaksakan data. Jadi tidak selalu juga dengan melakukan cuci otak atau indoktrinasi,” ujar pengamat terorisme Wowiek Prasantyo saat berbincang dengan okezone, Sabtu (23/4/2011) malam.
Mardigu mengingatkan bahwa jihad sebenarnya bisa dilakukan tidak selalu dengan fisik yang berakibat pada pertumpahan darah. Manurutnya saat ini masih ada jihad terpenting yakni melawan hawa nafsu dan meningkatkan taraf hidup pada aspek ekonomi.
“Kita harus mengingatkan, bahkan semua pihak baik alim ulama’, pemerintah, tokoh masyarakat bahwa jihad tidak selalu pertumpahan darah. Indonesia bukan medan perang dan belum saatnya jihad fisik itu dilakukan. Polisi juga harus menjalankan law enforcement juga upaya preventif membendung aksi terror ini,” jelasnya
Minggu, 24 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar